Apa jadinya kalau kesukaan menonton anime dan beragama Islam dipertemukan?
Akulturasi dua budaya dengan titik ekstremnya masing-masing
menginspirasi terbentuknya Islamic Otaku Community, komunitas penggemar anime (kartun Jepang) yang mewadahi mereka yang suka anime namun tetap ingin sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.
menginspirasi terbentuknya Islamic Otaku Community, komunitas penggemar anime (kartun Jepang) yang mewadahi mereka yang suka anime namun tetap ingin sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.
Ditemui dalam acara Bonenkai 2015 di Hotel Salak, Bogor, Rio, koordinator Islamic Otaku Community menjelaskan inspirasi berdirinya komunitas ini. “Semenjak kecil saya adalah orang
yang suka menonton anime, tetapi pada saat yang sama, saya adalah seorang Muslim, dan saya ingin berkumpul bersama teman-teman yang juga sepemikiran dengan saya. Saya yakin tidak hanya saya yang memiliki pandangan yang sama.”
yang suka menonton anime, tetapi pada saat yang sama, saya adalah seorang Muslim, dan saya ingin berkumpul bersama teman-teman yang juga sepemikiran dengan saya. Saya yakin tidak hanya saya yang memiliki pandangan yang sama.”
Komunitas yang didirikan pada April 2014 ini memang awalnya mewadahi rekan-rekan cosplayer yang menggunakan jilbab, namun tidak membatasi dirinya hanya untuk cosplayer belaka. Selain membuat kostum cosplay, mereka juga mengadakan acara kumpul
bulanan dan memberi rekomendasi seputar anime-anime yang aman ditonton oleh penggemar beragama Islam dalam jejaring sosial Facebook dan Twitternya @iocindo.
bulanan dan memberi rekomendasi seputar anime-anime yang aman ditonton oleh penggemar beragama Islam dalam jejaring sosial Facebook dan Twitternya @iocindo.
“Awalnya ada beberapa anggota yang masih agak ragu-ragu untuk cosplay berjilbab, namun setelah bergabung, akhirnya dia memantapkan diri untuk cosplay hanya dengan berjlibab dan
seterusnya juga berjilbab dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya. Ditanya mengenai kritik dan reaksi dari komunitas lain, ia mengatakan hal tersebut adalah hal yang biasa dan sudah cukup sering mendapat suara-suara miring baik dari komunitas penggemar anime lain maupun sesama komunitas cosplay. “Entah mengapa kalau di sini tuh ya, kalau ada apa saja yang baru, mau tidak mau harus siap dan tahan disenggol dan disikut kiri- kanan dulu.”
seterusnya juga berjilbab dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya. Ditanya mengenai kritik dan reaksi dari komunitas lain, ia mengatakan hal tersebut adalah hal yang biasa dan sudah cukup sering mendapat suara-suara miring baik dari komunitas penggemar anime lain maupun sesama komunitas cosplay. “Entah mengapa kalau di sini tuh ya, kalau ada apa saja yang baru, mau tidak mau harus siap dan tahan disenggol dan disikut kiri- kanan dulu.”
Lalu mengenai anggota komunitas ini yang sebagian besar adalah perempuan, ternyata juga ada
penggemar anime yang juga fujoshi (penggemar konten berbau shonen-ai / boys love) yang juga bergabung. “Mau pakai jilbab se- syari apapun, ketika kamu datang ke acara
jejepangan, ya intinya kamu itu otaku.”
penggemar anime yang juga fujoshi (penggemar konten berbau shonen-ai / boys love) yang juga bergabung. “Mau pakai jilbab se- syari apapun, ketika kamu datang ke acara
jejepangan, ya intinya kamu itu otaku.”
Tetapi ia mengakui juga kalau mengubah preferensi pribadi yang sudah terbentuk bukanlah perkara mudah. Berkaitan dengan anggota fujoshi tersebut, “Sejak masuk IOC memang ada perubahan, tapi ya kesukaan pribadi orang siapa yang tahu.”
Sumber: kaori nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar